FTNP KSBSI Siapkan Pembentukan Pengurus Komisariat di Kisaran Barat
Buruhasahan.web.id - Federasi Transportasi, Nelayan, dan Pariwisata (FTNP) KSBSI Kabupaten Asahan mulai bergerak serius dalam memperkuat basis organisasinya. Pada Selasa siang (17/9/2025), diskusi internal digelar untuk mematangkan rencana pembentukan Pengurus Komisariat di Kecamatan Kota Kisaran Barat.
Pertemuan itu bukan sekadar agenda rutin. Isu-isu besar ketenagakerjaan jadi sorotan, mulai dari hubungan kerja, lingkungan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga soal klasik yang tak kunjung selesai: pengupahan. Tidak berhenti di situ, sektor-sektor yang disentuh juga luas. Dari pariwisata, transportasi, konstruksi, kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), hingga perairan dan nelayan yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
“Banyak benang kusut ketenagakerjaan yang terjadi di tanah kelahiran kita, Kabupaten Asahan. Ini akan menjadi PR berat bagi kita semua,” begitu semangat yang muncul dalam diskusi. Pernyataan ini bukan basa-basi, melainkan cermin dari situasi nyata di lapangan.
Sektor pariwisata di Kisaran misalnya, masih menghadapi problem kerja tidak tetap dan minimnya perlindungan. Di sektor transportasi, banyak sopir dan pekerja angkutan yang bekerja tanpa kontrak jelas, rawan kecelakaan, tapi perlindungan K3-nya sangat lemah. Belum lagi kasus buruh bangunan yang sering tidak dilengkapi alat pelindung diri, sementara proyek terus dikejar dengan target ketat.
Di sisi lain, kasus TPPO yang kerap menjebak pekerja migran ilegal juga masih jadi momok. Sektor perairan dan nelayan pun menghadapi dilema upah rendah, eksploitasi, bahkan terkadang sulit mendapatkan jaminan sosial ketenagakerjaan. Semua masalah ini membentuk satu lingkaran persoalan yang rumit, membuat buruh seakan berjuang sendirian menghadapi sistem.
Namun dalam forum itu, semangat kebersamaan jelas terasa.
“Apakah kita akan mundur dan menyerah atau bangkit dan berkarya? Ya, kita lihat saja,” ujar salah satu peserta diskusi, menegaskan tekad bahwa perjuangan buruh tidak boleh padam.
Pembentukan Pengurus Komisariat FTNP KSBSI di Kisaran Barat ini dipandang sebagai langkah strategis. Dengan adanya wadah resmi di tingkat kecamatan, diharapkan pekerja di berbagai sektor punya ruang advokasi yang lebih dekat dan responsif. Mereka bisa memperjuangkan hak-hak dasar tanpa harus menunggu lama birokrasi di tingkat kabupaten.
Solidaritas pun jadi kata kunci. Kalimat “Hidup buruh... Buruh bersatu, tak bisa dikalahkan,” menggema di akhir diskusi, mengingatkan bahwa kekuatan buruh tidak lahir dari individu, melainkan dari persatuan.
Ke depan, agenda ini tentu bukan perkara mudah. Akan banyak tantangan, baik dari sisi internal organisasi maupun dinamika eksternal. Namun para penggerak FTNP KSBSI Asahan percaya, perubahan tidak akan datang kalau hanya menunggu. Perubahan harus digerakkan, dimulai dari langkah kecil, seperti pembentukan komisariat di Kisaran Barat ini.
Kalau saya boleh jujur, terasa sekali bahwa diskusi ini lebih dari sekadar formalitas. Ada semacam kesadaran baru yang lahir: buruh Asahan tidak lagi mau hanya jadi penonton, tapi ingin jadi aktor utama dalam menentukan arah ketenagakerjaan di daerahnya.

